Pesan untuk setiap ibu dan ayah

Anakmu suka berdusta ; anda terlalu ketat mengevaluasi perbuatannya. Anakmu tidak punya rasa percaya diri ; anda tidak memberikan dorongan kepadanya. Anakmu lemah dalam bicara ; anda jarang mengajaknya berdialog.

Buka Puasa Bersama

Berbagi buka puasa untuk para santri tahfidz

tanpa judul

Manusia paling ganteng sedunuia yang sedang mengejar cinta

As Syifa Peduli

Assyifa Peduli merupakan lembaga kemanusiaan yang menghimpun berbagai sumber daya untuk melakukan aksi membangun, membina serta melayani sesama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 Desember 2013

Memberi pinjaman Allah

           Dalam ajaran islam, memberi  pinjaman kepada orang  yang  membutuhkan merupakan perbuatan mulian dan terpuji. Islam sangat  menghargai sikap tolong-menolong antara sesama, utamanya pada saat-saat terjepit, ketika seseorang menghadapi suatu masalah yang rumit.
Orang-orang terjepit, yang sangat membutuhkan bantuan orang lain, termasuk di dalamnya orang yang sangat membutuhkan pinjaman dapat dikategorikan sebagai orang lemah. Bantuan kepada mereka merupakan sodaqoh yang paling afdhol. Rasulullah bersabda : “pertolongan kepada orang yang lemah adalah sodaqoh yang paling afdhol. “ (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dan Asy-syihab).
Menafsirkan hadits tersebut di atas, sebagian ulama mengatakan bahwa memberi pinjaman kepada orang yang sangat membutuhkan itu pahalanya jauh lebih besar dari pada memberi sodaqoh biasa. Perhitungannya, jika sodaqoh diberi kepada seseorang belum tentu yang diberi itu membutuhkannya. Sementara orang yang hendak meminjam, kebutuhannya sudah nyata. Terhadap orang yang nyata-nyata sangat membutuhkan inilah, umat islam dianjurkan memberikan bantuan dan pertolongan, bias berupa sodaqoh, pinjaman, minimal dorongan moral.
Pada masa sekarang, soal pinjam meminjam ini sudah bergeser. Selain orang-orang yang sangat memerlukannya untuk mempertahankan hidupnya, sebagian besar yang meminjam justru orang-orang yang secara ekonomis cukup mapan. Mereka inilah yang pada masa kini menjadi peminjam di mana-mana dalam jumlah yang sangat besar.
Anehnya, orang-orang yang punya duit lebih suka dipinjam oleh orang-orang yang berpunya dari pada orang-orang yang secara materil sangat membutuhkan. Jika yang dating meminjam sesuatu adalah orang miskin, kebanyakan masyarakat enggan untuk melayaninya. Sekedar membukakan pintu dan mempersilahkan sang tamu masuk kerumah saja sudah enggan, apalagi jika sampai pada taraf memberikan pinjaman. Dalam pikiran mereka, jika orang tersebut diberikan pinjaman, apakah ia mampu mengembalikan? Ada yang secara halus menolaknya. Tapi tak jarang yang menggunakan kata-kata kasar yang menyinggung perasaan.
Lain halnya jika yang datang orang kaya, berapapun uang atau barang yang hendak dipinjam,  asal masih dalam batas kemampuan, dengan suka rela akan diberikan. Mengapa demikian? Sederhana saja, karena mereka itu yakin bahwa apa yang akan dipinjamkannya pasti akan kembali, bahkan tak jarang mengharap kembaliannya nanti berkembang, sebagaimana layaknya bunga bank. Kredibilitas peminjam menjadi jaminan atas terjadinya transaksi pinjam-meminjam ini. Disini berlaku pepatah lama yang berbunyi :”siapa yang ingin mendapat pinjaman, hendaknya menjadi kaya terlebih dahulu.”
Sebenarnya da tawaran yang sangat menggiurkan bagi siapa saja yang ingin memberi pinjaman. Ada debitur yang sangat bonafit, kaya raya, yang kekayaannya meliputi bumi dan langit seisinaya. Setiap pinjaman pasati akan dikembalikan, tidak hanya sesuai dengan nilai pinjaman itu, tapi akan dilipatgandakan hingga nilainya menjadi tidak terbatas. Dia adalah Alllah SWT yang menunggu setiap saat keikhlasan para kreditur untuk mengucurkan kreditnya.
“barang siapa yang meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Dia akan melipatgandakan (pembayaran) itu baginya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki), dan kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Baqoroh : 245).
Tawaran Allah yang sangat luar biasa ini belum mendapatkan tanggapan yang serius dari manusia, padahal bonafiditas dan kredibilitas-Nya tidak diragukan. Jika sekedar untuk mengembalikan pinjaman saja, bukan apa-apa dibandingkan dengan kekayaan-Nya yang meliputi langit bumi dan seluruh isinya, termasuk semua manusia dan segala yang dimilikinya.
Sayang, masih banyak manusia yang beluim mengenal persis siapa debitur yang sangat royal dalam mengembalikan setiap kredit yang dikucurkan, baik yang kecil maupun besar. Seandainya manusia kenal dan meyakini-Nya, tentu mereka akan berbondong-bondong memberi pinjaman sebagai deposito, investasi, atau apa saja namanya demi untuk masa depannya yang lebih pasti.
“jika kamu meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik, niscaya Dia lipat gandakan (ganjarannya) bagi akamu dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah penerima syukur lagi maha penyantun.” (QS. Al- Taghabun : 17)
Dulu, berabad-abad yang lalu, di pinggiran kota madinah ada seorang petani yang sangat tertarik pada tawaran ini. Kepada utusan yang dating untuk menyampaikan tawaran ini, sang petani menyambutnya dengan penuh antusias. Ia berkata, “aku serahkan kebun kurmaku sebagai pinjaman.” Kepada istri dan anak-anaknya ia kemudian berkata, ”kemasi seluruh barang-barangmu, kita akan pindah. Hari ini kebun ini telah aku serahkan kepada Allah sebagai pinjaman.”
Adegan itu lebih menarik lagi setelah sang istri yang hari-harinya dihabiskan untuk merawat dan memupuk setiap batang kurma di kebun itu dengan tandas berkata kepada sang suami, “saya yakin bahwa transaksimu dengan Allah pasti menguntungkan.” Hari itu juga keluarga petani tersebut meninggalkan kebunnya tersebut yang berisi 600 pohon kurma yang hampir berbuah untuk diserahkan kepada Allah melalui utusan-Nya.
Abu Ad-Dahdah, petani yang beruntung itu tentu tidak sedang berspekulasi. Dengan perhitungan yang tepat ia berharap agarkeuntungan yang lebih besar bisa didapatkan dan dinikmati selama hidup di dunia dan terutama di akhirat nanti. Ia sangat yakin bahwa Allah akan segera menggantikannya dengan yang lebih baik dan lebih banyak dari yang diserahkan. Keluarga petani tersebut yakin bahwa Allah itu maha kaya, tidak butuh apapun dan terhadap siapapun.
“sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku, dan kamu membantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Aku akan menutupi dosa-dosa kamu, dan sungguh Aku akan masukkan kamu kedalam surge-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya.” (QS. Al-Maidah : 12)
Tampaknya keluarga petani yang diceritakan di atas memahami betul arti memberi “pinjama” kepada Allah. Dengan pemahaman yang benar, mereka tidak ragu-ragu lagi menyerahkan kebun kurma yang sudah hampir berbuah untuk berjihad di jalan-Nya.
Petani itu tidak sendirian. Pada permulaan islam, baik ketika rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat, banyak diantara para as-sabiqunal awwalun yang mempunyai sikap dan pandangan yang jernih dalam masah meminjamkan harta kepada Allah. Mereka faham, dan yakin secara penuh bahwa segala yang diserahkan kepada Allah sesungguhnya adalah untuk diri mereka sendiri. Buah dari penyerahan itu tidak lain kecuali utnuk menambah keuntungan bagi dirinya sendiri.
Utsman bin affan adalah salah satu diantara para sahabat yang dikenal sangat dermawan. Hartanya yang melimpah sejak sebelum keislamanya digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan umatnya. Ia tidak egois, yang mementingkan diri sendiri tanpa peduli pada sesamanya. Ia adalah pedagang yang jujur, lurus, dan memperhatikan hak-hak social yang melekat padanya.
Suatu ketika ia melihat ada gelagat sebagian besar pedagang di madinah hendak memonopolo “sembako” dan menjualnya dengan harganya yang tinggi. Sebagai penasihat khalifah Abu Bakar dibidang ekonomi, ia segera mengambil langkah dengan mengirimkan beberapa pedagang untuk memberi sembako keberbagai penjuru untuk mematahkan monopoli pedagang tersebut. Tak terkecuali dia sendiri berangkat dengan bekal yang cukup banyak.
Ketika Utsman datang dari syam dengan membawa dagangan yang sangat melimpah, para pedagang kota datang  mengerumuninya. Terjadilah diantara mereka tawar-menawar yang sangat ketat, tetapi Utsman tidak serta melepaskan harta dagangannya. Kisah selengkapnya diceritakan oleh Ibnu Abbas sebagai berikut :
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar terjadi masa paceklik, dimana bahan-bahan pokok sulit didapatkan. Saat itu Abu Bakar berkata : “ insya Allah, sebelum sore esok hari akan datang pertolongan Allah.”
Pagi keesokkan harinya, kafilah dagang yang dipimpin oleh utsman dating dari syam, maka para pedagang pun mengerumuninya. Dengan kain yang masih melilit di lehernya, utsman keluar menjumpai mereka. Terjadilah tawar-menawar antara utsman dan para pedagang.
“Berapa keuntungangn yang anda tawarkan kepada saya?” Tanya Utsman. “sepuluh menjadi dua belas”, kata mereka. “ada yang menawarkan lebih dari itu?” pinta Utsman. “kalau begitu sepuluh menjadi lima belas,” tawar diantara mereka.
“Ada yang lebih tinggi lagi?” kata Utsman. “siapa yang berani menawar lebih tinggi lagi, sementara semua pedagang madinah sudah berkumpul disini,” kata para pedagang itu keheranan.
“Ada,….. Yaitu Allah! Saya diberinya sepuluh kali lipat, Nah, adakah diantara kalian yang menawar lebih tinggi dari itu?”
Mendengar jawaban itu, para pedagang berlalu, sedangkan Utsman berkata : “Ya Allah, sesungguhnya saya telah memberikan semuanya kepada fakir miskin warga madinah secara Cuma-Cuma, tanpa memperhitungkan harganya.”
Bagaimana dengan kita? Terhadap hal ini Allah berfirman, “Itulah kamu. Kamu diseru supaya membelanjakan (harta) kamu pada jalan Allah, maka diantara kamu ada yang kikir, dan barang siapa yang kikir maka sesungguhnya kekikirannya atas dirinya. Dan Allah maha kaya sedang kamu fakir, dan jika kamu berpaling niscaya. Dia akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, kemudian mereka tidak akan serupa dengan kamu” (Al-Fath : 38).

Minggu, 29 Desember 2013

Santunan dari Bank Saudara


Selasa, 8 Januari 2013, Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah menyerahkan titipan paket santunan dari Bank Saudara untuk anak-anak yatim.
Sebagai salah satu bagian program CSR nya, Bank Saudara memberikan santunan bagi anak yatim sebanyak 40 paket. Program yang dalam pelaksanaannya dititipkan melalui Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah langsung disalurkan kepada yang berhaknya. Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah sendiri sampai saat ini memiliki binaan anak yatim sebanyak 120 orang yang tersebar di beberapa daerah.

Ketua Umum Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah, H. Abdullah Muadz, secara simbolis mewakili pihak Bank Saudara menyerahkan paket santunan tersebut kepada anak yatim binaan As-Syifa yang dilangsungkan di Gedung TKIT As-Syifa. Pelaksanaan penyerahan santunan tersebut disatukan dengan agenda penyerahan santunan bulanan anak yatim dan pengajian orang tua yatim yang selama ini sudah berjalan secara rutin.

Sementara itu, Ketua Harian Yayasan, Hj. Lulu Luadiawaty mengungkapkan rasa syukurnya atas kepercayaan yang diberikan oleh para donatur anak yatim. Lebih khusus, beliau mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Bank Saudara yang telah turut membantu program sosial Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah.

Sabtu, 28 Desember 2013

tes